Sabtu, 29 November 2014

Perpus Bukan Sekedar Gudang Buku


By: Futicha Turisqoh

Senin, 1 September 2014 pukul 09.00 WIB beberapa guru TK/PAUD yang merupakan perwakilan dari IGTKI/HIMPAUDI kecamatan berkumpul di aula  Perpusarda (Perpustakaan dan Arsip Daerah) Kabupaten Tegal membahas tentang rencana diadakannya workshop/pelatihan teknik mewarnai bagi guru TK/PAUD bersama Kepala Perpusarda Slawi, Bp. Drs. Waudin, M. Si beserta Bp. Abadi dan Bu Evi.

Menurut Bp. Waudin, banyaknya lembaga TK di Kabupaten Tegal, yaitu sekitar 280 TK, diharapkan mau singgah dan belajar di perpustakaan. Gunakan perpus sebagai fasilitator bagi anak-anak, sebagai bioskop mini dan tempat belajar yang menyenangkan, sebab perpus merupakan milik kita bersama. Gunakan perpus untuk mencerdaskan bangsa, untuk pembentukan karakter anak, apalagi jika melihat fenomena sekarang, dimana anak sekarang lebih pintar dari orangtuanya, bahkan banyak orangtua yang belajar pada anak, terutama masalah IT. Sebagai orangtua, harus cermat, dimana perkembangan IT ibarat pisau bermata dua, bisa positif bisa negatif, tergantung penggunaannya. Sebagai orangtua, harus tahu IT, harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, bacalah, carilah ilmu di perpus. Ajak anak ke perpus. Jadikan perpus untuk belajar anak. Dan kita sebagai pendidik, buatlah program yang bermanfaat untuk anak didik. APE (Alat Peraga Edukatif) harus ada di perpus. Ajak guru-guru  TK untuk memotivasi peserta didiknya untuk mendatangi perpus untuk belajar.

Di Kabupaten Tegal banyak lembaga sekolah, ada 743 SD, 100 SMP, 66 MTs, 25 SMA, 68 SMK, namun belum semua guru menjadikan perpus sebagai tempat belajar. Yang lebih parah lagi jika ada guru yang sudah mendapat tunjangan profesi yang sebenarnya untuk peningkatan kualitas dirinya dalam pembelajaran, tapi tidak ada kontribusi untuk itu. ^_^

Tugas guru sebenarnya untuk mengatasi kesulitan belajar anak. Pejabat itu sebenarnya pelayan. Kepsek ditugasi untuk membantu peningkatan sekolah, bukan hanya mengatur-ngatur saja. Dan tugas guru sebagai seorang professional jangan disuruh kerja amatiran. Kepsek itu tugas tambahan, bukan tugas keprofesionalan guru, sehingga selama ini dalam penataannya hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri. Baik kepsek maupun guru, dalam bekerja gunakan hati, maka akan selamat. Kerja harus terarah, agar tidak terkena musibah.

Harus kita pahami, bahwa perpus itu bukan sekedar gudangnya buku saja, tapi gudangnya ilmu. Forum pustaka itu untuk membantu guru mengajak anak belajar. Jadi jangan sampai fardlu kifayah didahulukan, fardlu ‘ain-nya malah ditinggalkan, atau sunnahnya didahulukan, wajibnya ditinggalkan. Itu salah, kata beliau.

Beberapa masukan dari hasil rapat koordinasi tersebut:
-          Pengadaan kunjungan (study tour) siswa ke perpus tiap bulannya.
-          APE diperbanyak lagi, plus tempat bermain bagi anak, seperti ayunan, prosotan, dan lain-lain yang menyenangkan anak agar betah belajar di perpus, sebagaimana konsep belajar anak TK: belajar sambil bermain.
-          Pengadaan sanggar belajar, seperti belajar melukis, mewarnai, mendongeng, dll.
-          Perbanyak pengadaan lomba untuk anak dan guru, untuk memotivasi siswa/guru untuk datang ke perpus.
-          Adanya jadwal nonton bioskop mini untuk anak.
-          Dan lain-lain

Rencananya nanti tanggal 17 September 2014 akan diadakan workshop teknik mewarnai di aula perpusarda Slawi, bekerjasama dengan STEDLER. Targetnya maksimal 60 peserta, berhubung tempat yang digunakan tidak begitu luas. Untuk workshop tidak dikenai biaya, tapi untuk lomba mewarnai khusus anak TK/PAUD setelah workshop dikenai biaya. Rencananya nanti akan diadakan Lomba Mendongeng untuk guru TK/PAUD di tahun 2015, juga diadakannya lomba bercerita, menyanyi, cipta lagu untuk anak, cerita bergambar, dan APE.

Bagi peserta workshop nanti akan mendapatkan produk dari STEDLER, sertifikat, dan snack. Peserta workshop yaitu ketua IGTKI/HIMPAUDI kecamatan sekabupaten Tegal dan pengurus IGTKI/HIMPAUDI kabupaten Tegal. Selain mendapatkan materi teknik mewarnai, juga ada materi lain, seperti materi pembentukan karakter anak atau psikologi anak. Insya Allah.

Bagi yang ingin mengunjungi perpusarda kabupaten Tegal, silakan berkunjung di jam kerja:
-          Senin – Kamis: pagi sampai pk. 16.00 WIB
-          Jumat – Sabtu : pagi sampai pk. 14.30 WIB



Kebutuhan Anak Yang Paling Mendasar Adalah Pendidikan Agama


 By: Futicha Turisqoh

Pesan dari kepala TK Islam Miftahul Ulum Gumayun yang disampaikan oleh Umi Mila (Chamilatunasibah, S. Ag) pada saat pelepasan siswa-siswi kel. B TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, tanggal 18 Juni 2014:

Mohon maaf acara tutup tahun ini saya tidak bisa hadir bersama-sama di tengah-tengah Bapak/Ibu dan anak-anak semua, karena ada tugas dari Dinas untuk mengikuti workshop selama 3 hari di Semarang.

Kebutuhan anaka yang paling mendasar adalah pendidikan agama. Pendidikan agama yang diajarkan oleh para orangtua di rumah dan oleh para pendidik di sekolah yaitu guru yang muaranya adalah membentuk anak berakhlakul karimah. Akhlak anak akan terbentuk jika ada keteladanan baik dari orang tua maupun guru, karena sekarang sedang krisis keteladanan, baik pemimpin daerah, pusat, bahkan sampai desa, terbukti dari mereka banyak yang masuk bui. Bentuk-bentuk keteladanan yang diberikan kepada anak seperti:
-          Dalam kesederhanaan, mendidik anak untuk prihatin dan tidak hidup berfoya-foya
-          Sopan santun kepada orangtua, saudara, teman, dan lain-lain.

Dengan keteladanan yang diberikan oleh para orangtua dan guru di sekolah lambat  laun akan menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan akhirnya mengkristal dalam diri anak menjadi sebuah karakter. Makanya kami mulai tahun 2011 mengembangkan penyelenggaraan pendidikan formal yaitu MI/SDIT. Jadi Bapak/Ibu yang putra-putrinya dari TK bisa langsung melanjutkan di MI sini, dan insya Allah sesuai dengan apa yang diharapkan orangtua, yaitu matang agamanya dan mapan umumnya. Bapak/Ibu hadirin semua nanti bisa melihat bagaimana kemampuan anak-anak kita dari TK/MI. Mari kita doakan semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholehah. Ila hadiniyah li ridho’illah, al Fatihah…

Sebagai kata penutup, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Orangtua murid TK dan MI yang sudah bekerja sama dengan baik selama ini.
2.      Dinas terkait dalam hal ini Bapak/Ibu pengawas TK, SD, PAIS, dan PNFI yang sudah membina kami.
3.      Pengajian sholawat nariyah pimpinan Ibu Hj. Siti Muti’ah dan masyarakat Gumayun yang selama ini telah membantu kami baik doa maupun dana untuk keberlangsungan pembangunan MI, dan ucapan terimakasih pula bagi orangtua yang masih mempercayakan kepada kami dengan melanjutkan sekolah di MI Miftahul Ulum Gumayun.

Tak ada gading yang tak retak, kekurangan yang ada pada tahun ini insya Allah akan kami perbaiki dan kami tingkatkan di masa yang akan dating. Kami sebagai manusia biasa tentu punya salah dan dosa, kami segenap guru TK maupun MI dan saya atas nama kepala sekolah mohon maaf yang setulus-tulusnya. Akhirul kalam, wassaalamu’alaikum wr. Wb.


















Rapat Guru Tanggal 29 November 2014


Dipandu oleh: Umi Chulsum, A. Md (waka TK MU)

a.    Masalah Rapor
Usulan: di rapor pada point Daya Cipta diganti FMH (Fisik Motorik Halus), Pendidikan Jasmani diganti FMK (Fisik Motorik Kasar), Moral Perilaku diganti NAM (Nilai-Nilai Agama dan Moral).
Penerimaan rapor tanggal 20 Desember 2014.
Tahun ajaran baru tanggal 14 Juli 2014 (ditulis di halaman depan rapor)

b.    Masalah Seminar
Tanggal 10 desember 2014 akan ada seminar PKG di TK MU. TK diliburkan.
Jatah peserta 60 orang sekecamatan Dukuhwaru
Jatah peserta KB = 2 orang, TK = 3 orang

c.    Masalah RKH
RKH yang sudah habis diambil dari RKH yang dulu kosong (saat acara perkenalan)

d.    Masalah Tes
Tes mulai tanggal 8 – 15 Desember 2014.
Soal tes kel. A dikoordinir Umi Dijah
Soal tes kel. B dikoordinir Umi Puput
Jadwal tes:
1.    Senin: Bahasa + Kolase
2.    Selasa: matematika + 3 M
3.    Kamis: agama (hafalan surat pendek dan doa2 pendek)
4.    Jumat: fisik motorik kasar (olahraga)
5.    Sabtu: praktek wudlu, azan, sholat, dzikir
Selama tes tidak ada snack dan pengasuhan.

Kepsek membuat surat edaran pelunasan administrasi


By: Futicha Turisqoh, S. Pd. I

Kunjungan ke Pabrik Roti dan Pabrik Kerupuk


By: Futicha Turisqoh, S. Pd. I

Sabtu, tanggal 29 November 2014 anak-anak TK Islam Miftahul Ulum Gumayun mengadakan kunjungan ke pabrik roti Mayan yang terletak di Jl. Raya Slawi- Jatibarang dekat SMPN 1 Dukuhwaru, kemudian berkunjung juga ke pabrik kerupuk yang terletak bersebelahan dengan pabrik roti, dimana pemilik kedua pabrik tersebut masih saudara kandung. Pabrik roti milik Bp. Khotibul Umam atau yang biasa dipanggil Pak Umam, sedangkan pemilik pabrik kerupuk adalah Bp. Ahmad salim, kakak Pak Umam, yang biasa dipanggil Pak Agus, yang juga merupakan ketua Yayasan Miftahul Ulum Gumayun.

Anak-anak berangkat pukul 08.00 WIB dengan berjalan bergandengan tangan. Mereka sangat antusias mengikuti kunjungan dengan berjalan kaki dari sekolah ke tempat kunjungan, yang tidak jauh dari sekolah. Meski lelah berjalan kaki, mereka senang dan menikmatinya tanpa mengeluh. Mereka didampingi oleh guru kelas masing-masing. Kunjungan ke pabrik roti dan kerupuk merupakan program tahunan yang biasa dijalankan setiap tahunnya.

Anak-anak dikenalkan cara pembuatan roti dan kerupuk oleh pimpinan pabrik, kemudian melihat-lihat berbagai bahan pembuatannya serta hasil pabrik yang bisa dinikmati pembeli. Selain anak diajak untuk menyukai makanan bergizi dan disukai, juga dikenalkan produk lokal. Mereka menyimak dan bertanya serta menikmati hasil yang telah dibuat.

Mereka pulang kembali ke sekolah pada pukul 10.00 WIB dengan membawa roti dan kerupuk pemberian dari Pak Umam dan Pak Agus. Alhamdulillah… ^_^


























Minggu, 27 April 2014

BELAJAR MENDONGENG BARENG KAK AWAM PRAKOSO







By: Futicha Turisqoh


Minggu, 23 Desember 2012 pk. 08.00 – 12.00 WIB di Gedung Rakyat Slawi, tepatnya di Jl. Dr. Sutomo No. 8 Slawi Kabupaten Tegal, peserta acara Workshop Teknik Mendongeng dengan tema “Mendongeng Itu Asik dan Menyenangkan” bersama Kak Awam Prakoso sudah berjubel menanti aksi Kak Awam mendongeng. Acara yang diselenggarakan oleh Kampoeng Dongeng (KADO) Poci Tegal yang diprakarsai Kak Tedi Kartino, pendongeng dari Kota Tegal bekerjasama dengan Biolysin, Laziz Tegal Jateng, dan BMT BUM ini baru pertama kali digelar, dan peserta yang sebagian besar para guru PAUD, TK, TPQ, SD, bahkan mahasiswa sangat antusias mengikuti jalannya acara hingga selesai. Menjelang pukul 09.00 WIB ratusan peserta workshop makin membludak memenuhi aula hingga banyak yang tidak kebagian kursi. Akhirnya mereka dipersilakan panitia untuk duduk di lantai paling depan.

Kak Awam yang memiliki nama lengkap Mohammad Awam Prakoso ini merupakan pendongeng nasional, penulis buku 25 cerita Kampung Dongeng, sekaligus Ketua Pembina Kampoeng Dongeng Indonesia. Lahir di Blora Jawa Tengah, dan dibesarkan di Jogjakarta. Mendirikan sanggar yang bernama “Cinta Rasul”. Ia juga mendirikan Kampung Dongeng Istana Yatim, dimana Kampung Dongeng berisi aneka aktivitas yang memacu kreativitas anak..

Kak Awam membawakan acara demikian menarik, hingga tak ada satupun peserta yang beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan acara. Aksi Kak Awam yang lucu dan menyenangkan, membuat peserta workshop tertawa terpingkal-pingkal .

Menurut Kak Awam, dunia dongeng adalah dunia anak yang sangat menakjubkan, karena ternyata dongeng mampu memberi pesan-pesan mulia dan menumbuhkan kecerdasan emosional, merupakan media yang sangat optimal untuk menanamkan akhlakul karimah, serta mampu menangani situasi dan kondisi anak-anak. Menurutnya, mendidik anak merupakan proses yang tak mengenal istilah selesai. Maka mendongeng sebagai media mendidik anak, merupakan media paling ampuh yang mampu mengatasi anak. Sebagai contoh, saat anak menangis, segera tirukan suara binatang seperti suara kucing, nanti anak langsung diam, bahkan si anak mungkin akan mencari sumber suara. Jikaa anak masih saja menangis, segera ambil boneka dan praktekkan mendongeng. Kita bercerita sampai anak berhenti menangis. Jika kita berhasil membuat anak bisa berhenti menangis, itu adalah kebahagiaan luar biasa.

Dongeng mampu menangani keadaan-keadaan tertentu, cuma kadang-kadang orangtua dalam menangani anak dengan komunikasi yang tak baik, seperti melarang memanjat dan lain-lain. Dongeng juga merupakan media pembelajaran banyak hal. Termasuk pembelajaran matematika, bahasa, tata surya, sains, dan lain-lain.

Banyak alasan, kenapa guru tidak rajin mendongeng, karena tidak bisa, tidak percaya diri, tidak ada suaranya, tidak punya materi cerita, malu menirukan suara binatang, dan lain-lain, meski pada hakikatnya naluri manusia adalah suka bercerita. Hanya persoalannya: mereka pandai bercerita pada orang lain, tapi tidak pandai bercerita depan anak-anak.

Menurut Kak Awam, mendongeng auditorinya lebih kuat daripada membaca, dan lingkungan di sekitar kita adalah media cerita. Banyak materi yang bisa dijadikan cerita, seperti suara motor yang lewat, suara mobil ambulance yang bisa diceritakan. Mengarang cerita dengan mendongeng bukanlah bohong, tapi merekayasa cerita, seperti suara pesawat atau helicopter, apapun bisa dikreasikan untuk menjadi cerita yang dahsyat untuk anak-anak, tergantung guru atau orangtua yang bisa melakukan pendampingan kepada anak. Anak-anak butuh komunikasi.

Jika ada guru yang tidak pede saat mendongeng, itu karena dia tidak menguasai materi. Yang perlu diingat: ketika guru menulis, tulislah apa yang ditulis anak. Ketika guru membaca, bacalah apa yang dibaca anak. Jadi guru harus mengikuti anak, sebagaimana Rasulullah sering membiarkan cucunya naik di punggungnya ketika sedang shalat.

Fabel, hikayat, mitos, legenda, bisa dijadikan dongeng, sebab dongeng adalah hasil rekayasa imajinatif dari cerita sederhana dan tidak benar-benar terjadi atau tidak nyata, untuk memberikan pesan yang baik.

Jika kita mendongeng dan anak-anak senang, itu karena ada urutan-urutannya, sebagaimana kalau kita mau menyajikan hidangan leat untuk suami, carilah bahan yang segar yang kemudian disiapkan, lalu diolah sedemikian rupa, dilakukan dengan penuh cinta, lalu disajikan beserta bunga. Indah sekali bukan? Begitu juga dengan cerita, naskah harus sudah disiapkan. Selain itu, cerita harus terbebas dari hal-hal negative, seperti tahayul, kekerasan, pornografi, pornoaksi, dan kecengengan. Contoh cerita negatif, seperti cerita Sinchan yang penuh dengan kata-kata yang tidak baik. Masa anak-anak adalah masa-masa paradigma, yang jika tidak diarahkan, maka anak-anak akan mudah terpengaruh. Jadi naskah cerita harus baik. Contoh: cerita pangeran yang tidak takut pada raksasa.

Untuk usia 0 – 4 tahun ceritanya lebih berpetualangan, jenaka/lucu, agar tidak bosan, sebab ia sudah bisa berpendapat baik dan tidaknya.

Visual itu lebih mendominasi anak. Siapa kompetitor kita? Yaitu visual. Cerita harus menyesuaikan keadaan. Cerita harus disesuaikan, seperti saat hari ibu, ceritakan tentang kasih sayang ibu. Durasi waktu jangan terlalu lama. Orang dewasa durasi 7 menit, tapi membawakannnya bisa 1 jam, seperti ayam berkokok membangunkan orang dan seterusnya dan seterusnya.

Mendongeng bisa juga dengan alat peraga, seperti boneka dan lain-lain. Jika mendongeng dengan boneka, yang divisualisasikan dengan boneka.Tugas kita sebagai penutur cerita harus bisa menghidupkan visual kita.

Memahami dan menghafalkan cerita

Seorang guru itu ketika membaca cerita menjadi murid pertama yang mendengar cerita. Sebisa mungkin harus ngaca dulu, sebagai cara menilai cara kita bercerita/mendongeng. Siapkan juga tempat bercerita yang nyaman bagi anak. Tidak harus di kelas, bisa di bawah pohon atau di taman bunga.

Menciptakan suasana keakraban

Ciptakan suasana akrab sebelum bercereita:
1. Teknik mencari perhatian
2. Aksi yang mengesankan
3. Tebak-tebakan yang segar
Cara mengkondisikan anak yang ribut: Mana suaramu? Ini suaraku!
Kita harus caper (cari perhatian) pada anak, sehingga ketika muncul kelucuan, aksi kita jadi mengesankan. Visual mendominasi

Tebak-Tebakan

Siapa orang yang di depan?
Kak Awam!

Bak tebak siapakah aku?
Aku adalah buah-buahan.
Bentuknya bulat banyak durinya.
Siapa aku?
Durian!


Terdengar suara adzan tanda panggilan sholat.
Tundalah kegiatan
Terdengar suara iqomat sholat kan dimulai.
Tunduk pada illahi.
Ikhlaskan dalam hati …


Jadi, buka dengan nyanyian, lalu dilanjutkan dengan cerita.

Allah Maha Pengasih, tak pernah pilih kasih.
Allah Maha Penyayang, sayangnya tak terbilang.
Allah Maha Tahu tanpa diberitahu.


Ini cara melatih anak yang auditoris, visualis, dan kinestetik.

Teknik/metode mendongeng tanpa alat peraga.

Pengaturan posisi: seperti melingkar. Badan sedikit membungkuk, karena anak-anak ada di depan. Pasang senyum. Powernya jelas dan kuat. Suara keras. Jangan cerita sambil jal;an, sebab nanti anak-anak bisa tengok kanan kiri mengikuti gerakan si pencerita yang akhirnya anak-anak bisa menguap dan tertidur. Ketika berpindah disebut moving. Serukan: Anak-anak….! Siap??!
Tenang saja, tidak usah terburu-buru. Bisa improvisasi (menambah-nambahi sesuatu yang terlupa yang akhirnya ketemu). Jangan bungkus cerita dengan sindiran, seperti ketika melihat anak yang naik meja dengan ucapan: “Bu Guru mau cerita dengan judul Budi Suka Naik Meja.” Jangan khotbah depan anak.

Anak yang kinestetik, yang suka berlari-lari, jika ditanya, menjawabnya pun sambil berlari. Jadi kita harus memahami karakter anak saat bercerita.

Cara agar tidak malu mengeluarkan suara binatang: kita harus sering keliling di lingkungan anak-anak.

Mendongeng dengan membaca buku, gimana caranya? Posisi buku di sebelah kiri, jangan di kanan. Kalau untuk anak PAUD gambarnya harus besar, kalau perlu tidak usah ada tulisannya. Buka halaman buku harus pelan-pelan. Read story stelling berbeda dengan mendongeng.

Beberapa cara, kiat dan tips mendongeng diajarkan Kak Awam. Sangat inspiratif dan menarik sekali, yang sayang jika dilewatkan. Para peserta pun merasa puas dan bisa mengambil manfaat dari dongeng yang dicontohkan Kak Awam.

Pesan terakhir dari Kak Awam: “Janganlah berharap untuk berhasil menyajikan cerita dengan baik di hadapan anak-anak didik kita, apabila kita tidak dengan sungguh-sungguh melakukan latihan yang serius. Jangan pula berharap untuk berhasil menyajikan cerita dengan sukses, apabila kita tidak total dan masih malu-malu. Dan jangan pula berharap untuk berhasil menyajikan cerita dengan hebat, apabila kita tidak sering-sering mencoba untuk terus tampil. Ingatlah, bahwa bercerita itu salah satu bagian dari ketrampilan mengajar. Untuk itu, selamat untuk berbagi cerita untuk anak-anak didik kita, dan sukses menyertai kita semua!”




*****